Langsung ke konten utama

CINTA TANPA RESTU



  Cerpen ini terinspirasi dari Lagu TERRY yang berjudul sama dengan lirik yang membuat saya tersentuh,sehingga saya membuat Cerpen ini dengan sedikit emosional.mungkin cerita ini agak klise, namun saya ingin memperjelas tentang bagaimana "Cinta yang sebenarnya ada di kisah nyata dan pernah dialami oleh banyak orang" .
HAPPY READING! 📖
 
   Aku terdiam dan merenung memikirkan kisah cintaku di masa lalu. 5 tahun kita bersama, merajut asmara dan membicarakan mimpi yang kita punya dulu.Aku masih ingat saat pertama Dirga mengutarakan perasaannya kepadaku saat kita sedang bergembira merayakan hari kelulusan di masa putih abu-abu. Aku tak menyangka, Dirga mengatakan semuanya bahwa ia mencintaiku. Padahal kala itu, aku sedang menyandang status "Queen Of Jones" di masa sekolahku dulu. Namun tak disangka, Cinta yang ku tunggu takkan sia-sia. Dari awal aku memang diam-diam mencintainya! Maka dari itu aku menyandang status jomblo dengan lamanya. Namun hari ini, tepat tanggal 18 Mei ia mengatakan Cintanya kepadaku lewat mikrofon yang terletak di atas Mimbar lapangan. Itu adalah moment yang tidak akan pernah kulupakan. Seakan dunia sudah membukakan kebahagiaannya untukku. Aku senang sekali.
  Dan akhirnya, aku menerimanya. Walaupun aku dan Dirga tak seiman, karena aku seorang muslim dan dia seorang kristiani. Tapi,itu takkan membuat kita berhenti begitu saja. Hubungan kita masih berjalan sampai berlanjut di perguruan tinggi. Dirga lulus dan kuliah di Fakultas Kedokteran di IPB. Sedangkan aku, mencoba mengumpulkan uang dikit demi sedikit untuk bisa kuliah di Fakultas Sastra dengan bekerja sebagai penyanyi Caffe di Bandung. Hubungan ku kala itu dengan Dirga amat baik bahkan kami saling dan makin mencintai satu sama lain dan menghargai keyakinan kami masing-masing
  "Aku gak paham sama kamu, kenapa kamu bisa Cinta sama aku?kenapa kamu bisa nerima kekurangan aku dengan adanya aku kayak gini. Dan kamu masih mau bertahan sama aku yang jelas-jelas aku beda keyakinan sama kamu" ujarku tiba-tiba menanyakan pertanyaan yang sedari dulu ingin ku tanyakan.
  "Aku juga gak paham! Dan intinya aku gak perduli mau kamu kayak gimana pun , aku tetap Cinta sama kamu!! Yaa walaupun kita memang berbeda" Tukas Dirga.
  "Tapi kalo seandainya waktu ngga ngijinin kita buat nyatu gimana ,ga?dan Tuhanpun menyerukan kita untuk berpisah"
  "Aku akan tetap berusaha dan meminta waktu untuk izinin aku nyatu sama kamu, dan Tuhan pun pasti tahu! Mana yang terbaik untuk umatnya dan mana yang bukan. Toh, Tuhan menciptakan kita berbeda karena di takdirkan untuk bersatu" jawabnya. Refleks aku memeluknya dan ia mencium keningku. Ucapan sahabatku Agnes memang benar, "Cinta yang datangnya terlambat itu adalah yang terbaik nantinya". Aku harap Dirga adalah orangnya.

  18, Mei 2008
   Ini adalah hari yang berkesan untukku ini adalah tanggal hari jadi kita AKU DAN DIRGA. 3 tahun lamanya kita berhubungan sebagai dua sejoli. Tepat di usia kami menginjak 20 tahun. Dirga memberikan kejutan yang romantis untukku, sampai aku tak bisa mengucapkan kata-kata lagi. Dia amat tampan malam ini, dengan seikat bunga mawar yang ia pegang di tangan kirinya dan tangan kanannya yang lembutnya menggenggam tanganku dengan erat dan menciumnnya. Semasa kita berpacaran, Dirga hanya mencium keningku, dan tanganku saja. Selebihnya tidak! Katanya dia ingin menjaga ku dan tidak akan merusak bagian dari hidupku. Dirga memang laki-laki baik dan menghargai perempuan.
(HAPPY ANNIVERSARY 3rd. )
"Tiga tahun lamanya, bukan hal yang sebentar untuk kita lalui. Aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena Ia telah mengirimkan sosok perempuan yang begitu sempurna di mataku. Aku cinta sama kamu ... sampai kapanpun" jelas Dirga dengan sorotan matanya dengan tajam.
"Aku tak kalah bersyukurnya dan sangat berterima kasih pada Tuhan, karea DIA lah yang membuat aku bisa menemukan pria yang baik hatinya. Semoga Tuhan mau menyetujui kita" jawabku.
  Dirga tersenyum, lalu ia mengeluarkan kotak merah yang berisikan cincin. "Kamu mau Tunangan sama aku?"
"Aku gak akan menolak ga. Tapi sampai saat ini aku belum ketemu sama orang tua kamu" jawabku dengan tersenyum.
"Besok kamu akan ketemu sama orangtua aku. Aku bakal ngenalin kalo kamu itu satu-satunya perempuan yang mampu meruntuhkan hati aku" senyumnya.
 
  Esok pun tiba, aku bersiap-siap mengenakan baju yang paling cocok dan anggun untuk bertemu orangtua Dirga untuk pertama kallinya. Sedikit gugup, nervous ,dan deg-degan juga. Setibanya di Rumah Dirga yang megah dan sampai-sampai aku takjub dengan hiasan dindingnya yang berbalut lukisan jawa sastra berbentuk wayang dan lukisan Tuhannya (Yesus) terpampang jelas di ruang tamunya.
Dirga pun memperkenalkan ku pada kedua orangtuanya.
"Oh,jadi kamu yang namanya Raisa ?"seru Ibunya yang menatapku dengan jeli.
"Iyaa, tante"
"Sudah berapa lama kamu berhubungan dengan anak saya?"
"Mm.. allhamdulilah sudah 3 tahun tante"
"Kamu kuliah atau kerja?'
"Saya sekarang masih bekerja sebagai penyanyi Cafe dan insya Allah saya akan kuliah semester ini"
"Mm.. kamu muslim?" gumamnya.
Aku hanya mengangguk tersenyum menjawab pertanyaan itu. Jelas, aku semakin tak percaya diri setelah aku menceritakan identitasku dihadapan kedua orang tuanya. Sepertinya, orangtua nya tak menyukaiku. Dan itu terlihat dari raut wajah ibunya yang semakin menyudutkanku.
  Pertemuanku dan keluarganya terasa asing, semua mata melihatku seperti ada kebencian ketika aku duduk di ruang makannya untuk makan bersama keluarga besarnya.

  "Pasti kamu tak akan berani memakan ini, iyaa kan?" Tanya ibunya.
  Aku hanya terdiam melihat semuanya, semangkuk Daging babi rica yang di suguhkan di hadapanku. Kedua adik Dirga saling berbisik dan melihat ku dengan asing. Hatiku menyerukan "astagfirulloh"  berulang-ulang.
   "Aku akan menunjukan sesuatu untuk kamu, mari ikut aku"tukas Dirga menarikku untuk pergi dari ruang makan itu. Aku tersenyum dan pamit pada keluarganya, aku merasa tak enak meninggalkan mereka yang sedang makan.

 "Ada apa?"ucapku.
"Maafkan tingkah keluargaku yang mungkin membuatmu merasa tak nyaman. Aku meminta maaf, aku lupa bahwa aku tak memberitahu keluargaku bahwa kamu seorang muslim.. maaf kalo.. ... ..." jariku menghentikan mulut Dirga untuk berhenti berbicara, aku tak ingin ia terus menyalahkan dirinya.
"Aku nyaman kok, keluarga kamu memperlakukan aku dengan baik. Wajar saja, jika mereka heran denganku karena aku seorang muslim. Terus kenapa kamu membawaku pergi dari ruang makan?"ujarku.
"Aku ngga mau lihat kamu berdiam diri dan hanya melihat keluarga ku dan aku makan makanan itu"
"Aku gak keberatan kalo cuma nemenin kamu makan dan ngeliat keluarga kamu makan babi rica itu. Justru, dengan begitu aku semakin dekat dengan keluarga kamu. Suasana itu langka untuk aku lihat, setelah kepergian orangtuaku beberapa tahun lalu ... aku tak akan melihat orangtuaku makan bersama denganku seperti orangtua kamu lakukan. Kamu harus menyayangi mereka lebih dari apapun ga.."tuturku dengan linangan air mata yang sekejap mengalir di pipiku. Dirga menghapus airmataku, dan kami kembali ke tempat semula. Lalu, ibunya memanggilnya untuk bicara empat mata di ruang tengah.
Perasaanku menjadi tak enak, ketika ibu Dirga berbicara empat mata dengan anak sulungnya itu. tiba-tiba adik Dirga yang paling bungsu menghampiriku dan tersenyum padaku.

"Cobaa aku tebak, kaka pacarnya ka Dirga yaa?"ucapnya menghampiriku.
"Hehe.. nama kamu siapa?"
"Namaku Daniel, nama kaka siapa?"
"Nama aku.. Raisa. Daniel.. umur berapa?"
 "5 tahuuun.. bentaar lagi aku sekolah dong"
"Semoga menjadi anak yang pintar yaah"

  Di sela-sela percakapanku dengan Daniel, aku mendengar ucapan Ibu Dirga yang membuatku merasa sakit kali ini.

"Putuskan dia Dirgaa... dia tak seiman dengan kita! Keluarganya pun tak sederajat dengan kita. Apa yang kamu harapkan dari dia? CINTA yang kamu harapkan haah?" Seru ibunya yang jelas sekali membuat dada ku sesak seketika. Sudah kuduga, orangtuanya tak merestui hubunganku dengannya.
"Dia perempuan baik mah! Dirga tahu, Raisa memang seorang muslim. Tapi dia bisa menghargai Kita dan juga Dirga ...dan Dirga sangat mencintai dia"
"Intinya, mamah tak akan merestui hubungan kalian!!"

Aku menangis mendengarnya, airmata ini tak mampu ku tahan sulit untuk ku bendung lagi. "Kakak kok, nangis?"ujar Daniel yang menyaksikanku menangis. Aku lupa, bahwa dihadapanku ada Daniel. Akupun langsung menghapus air mataku dengan cepat.
"Aku merestui hubungan kaka dengan ka Dirga. Aku mohon Kaka jangan nangis yaaa" ucapnya. Aku langsung memeluk Daniel dan mencium pipinya.
"Terimakasih"jawabku. Aku langsung pergi tanpa pamit kepada keluarganya, dan aku hanya menitipkan salam kepada Daniel bahwa aku sudah pulang.

  Di sepanjang jalan, aku hanya bisa menangis menerima kenyataan yang harus aku hadapi. Sudah kuduga mereka tak akan menyetujui ku berhubungan dengan Dirga.
  Aku baru menyadari, kita memang berbeda...
Dan sampai kapanpun Cinta kita tak akan di restui oleh mereka dan juga oleh Tuhan
Aku akan menerima semuanya,walaupun itu sangat pahit bagiku...
Aku mencintaimu... tapi, aku lebih mencintai Tuhanku.
Mungkin ini takdirku, mencintai dengan berbeda keyakinan dan status sosial
Maaf kan aku ya Allah .. tapi aku mencintai dia!

 Aku melangkah masuk ke kamar kos-an ku dengan lemas. Kenyataan inikah yang harus ku hadapi? Ketika saat aku menemukan orang yang benar-benar mencintaiku, dia sangat berbeda denganku. Kami bagaikan langit dan bumi yang sampai kapanpun ngga akan bisa bersama. Dan aku tahu itu.
"Ada apa Rai? kok nangis?bukannya kamu hari ini bertemu dengan orang tua Dirga?"tanys Agnes yang memergoki ku saat sedang menangis.
"Ngga apa-apa kok nes, aku cuman kecapean aja."
"Ngga apa-apa bagaimana?kamu habis nangis kan?ayo cerita sama aku Rai"desaknya.
"Kenapa Tuhan nyiptain kita berbeda-beda?kalau Tuhan hanya bisa di sembah dengan satu cara"ucapku.
"Maksud kamu?"
"Aku dan Dirga berbeda! Dan sampai kapanpun hubungan kita ngga akan bisa di restuin sama orangtuanya dan juga keyakinan kita!"
"Jadi, Orang tua Dirga tak merestui hubungan kalian. Karena mereka tahu kalo kamu itu seorang muslim?"
Aku hanya bisa mengagguk dan memeluk Agnes dengan erat, aku hanya bisa menangis dan menangis.

  Tok..took.. tok..
"Rai, ada yang nyari kamu di luar!"teriak Vina dari luar kamar kos ku. Aku bisa menebak bahwa itu Dirga. Pasti ia mencariku untuk meminta maaf! Aku tak ingin Dirga melihatku dengan mata lebam dan merah seusai menangis. Aku langsung menghampirinya dan memasang raut wajah yang seolah baik-baik saja. Dia langsung menggenggam erat tanganku dan menjelaskan semuanya. Dia merasa sangat bersalah dan pasti ia tahu bahwa aku mendengar percakapan memilukan itu bersama ibunya. Aku membiarkan Dirga menjelaskan semuanya, tanpa merespon sedikitpun ucapan darinya. Tak terasa , airmata ini turun di pipiku, aku tak bisa membendungnya lagi dan aku tak bisa untuk berpura-pura tegar dan seolah-olah aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
  Tangan Dirga menggenggamku dengan erat, ia ingin menghapus airmataku namun ku cegah. Aku ingin terlihat kuat di depannya, aku ingin ia tak merasa bersalah atas apa yang terjadi dalam pertemuan pertama kalinya ku bertemu dengan keluarganya. Lalu, aku melihat nya dengan penuh arti.
Apa kau tahu?mata ini tak ingin melihatmu dengan sekejap, ia ingin tetap melihatmu lebih lama bahkan sangat lama ... sehingga dia tak mampu untuk mengkedipkan lagi kelopaknya. Dia merasa nyaman disana, matamu seperti pelindungku yang membawa kesejukan untuk setiap harinya. Tapi, matamu jugalah yang membuat mataku mengeluarkan setetes air yang sangat berharga untuk ku simpan. Dan tatapan mu hari ini sangat asing bagiku, mengapa matamu yang sejuk itu ikut mengeluarkan setetes air yang sangat berharga? Bukankah kau adalah laki-laki tangguh yang selama ini ku kenal?mengapa airmata itu jatuh di matamu pada saat aku berpura-pura kuat dan belajar untuk menerima semuanya?
Aku ingin melihat mata yang sejuk itu lagi... tanpa bercair dan tanpa ada noda merah di retinamu.

  Aku baru menyaksikan Dirga meneteskan airmatanya di depanku, ia memelukku seolah-olah kita akan berpisah. Tangannya terus menggenggam erat tanganku, aku bisa merasakan kehangatan itu. Sampai 2 bulan kemudian orangtuanya terus mencoba menghentikan hubungan aku dengan anak sulungnya itu. Sabar , tegar dan terus berdoa dalam sujudku. Aku berdoa pada-Nya meminta ampunan dan meminta pertolongan atas  masalah yang aku hadapi saat ini.
Jarak kami kini sudah tak lagi bisa sedekat dulu. Bahkan untuk saling memberi kabar pun sulit untuk kami lakukan. Separah inikah perbedaan itu? Sampai ketulusan pun Tidak dapat mengalahkannya. Aku bisa pahami semuanya,tapi tidak dengan hatiku! Dia mengerang kesakitan saat serpihan hatinya pergi dan menjauh karena keharusan. Jujur,aku belum siap menerima semuanya, menerima bahwa perbedaan lah yang mampu memisahkan kami dan tidak merestui hubungan kami.
  Suara Adzan Dzhuhur pun berseru, sangat merdu bahkan hatiku merasa membaik mendengarnya. Lalu,kulangkahkan kakiku untuk masuk ke mesjid yang berada tepat dihadapanku. Aku ingin berdoa Pada Allah, aku yakin Ia akan memberikan jalan yang terbaik untukku. Setelah mengambil air wudhu, aku kembali teringat dengan Dirga yang selalu menemaniku untuk sholat di Mesjid. Yaa,walaupun ia hanya duduk di halaman masjid untuk sekedar menungguku. Meski banyak pandangan mata jama'ah yang melihatnya dengan keheranan,karena ada seorang laki-laki yang berada di depan masjid sedang berdiam diri dengan ikatan gelang salip di tangannya. Bahkan ketika usai menemaniku sholat Dirga berkata "Agamamu seperti sangat indah, mereka menyembah Tuhannya dengan berpakaian sopan. Bahkan perempuan dan laki-laki tidak bersatu ketika sembahyang. Dan ketika melihatmu sujud dan memainkan sebuah benda dengan butiran banyak, aku jadi penasaran bagaimana cara Agamamu untuk bisa bercengkrama dengan Tuhan lebih dekat" ucapnya. "Agama ku menganjurkan kami untuk menutup semua aurat bagi perempuan kecuali Wajah dan telapak tangan. Dan barisan laki-laki dan perempuan memang harus dipisahkan , karena bukan muhrimnya dan barisan depan untuk laki-laki sebagai imamnya. Maksud kamu ini? (Sambil mengekuarkan tasbih) benda dengan butiran banyak ini namanya Tasbih. Dengan tasbih, agama kami seperti merasa sangat dekat dengan Tuhan ketika kami me lafazkan namaNya." Jelasku.
  aku pun langsung membuyarkan lamunanku dan bergegas sholat. Aku memanjatkan doa sembari menangis, apa yang harus aku lakukan?aku tak bisa berbuat banyak karena semakin aku berusaha mencoba untuk bisa bertemu dengan Dirga semakin sempitlah peluang usahaku untuk kembali menjalani hubungan ini seperti dulu. Terlebih, teror sms yang berusaha menakutiku untuk pergi dan menjauh dari Dirga membuatku semakin takut untuk menghadapi semuanya. Tapi aku percayakan pada Allah , jika Dirga bukan Takdirku maka ia akan menjauh dariku dan aku tidak akan lagi mencintainya.
 Seusai sholat, Dirga tiba-tiba menelpon ku dan mengajakku untuk bertemu di tempat biasa kami bertemu seperti biasanya. Perasaan senangpun menggelayutiku , hampir 1 bulan kami tidak bertemu terlebih ketika aku lolos interview dan masuk universitas Padjadjaran.

  Ketika kami bertemu, kami hanya diam dan duduk sebelahan sambil menatap dengan objek yang berbeda. Padahal, aku ingin sekali memeluknya saat ini, aku kangen. Tapi, raut wajahnya seperti banyak beban dan masalah. Fostur tubuh Dirga pun berbeda, sedikit kurus dengan mata lembab seperti orang yang usai menangis.

"Barusan aku sholat, aku berdoa sama Allah supaya bisa ketemu kamu. Dan Doaku terkabul. Namun, ketika sudah bertemu kita saling diam dan kamu berbeda saat ini. Kamu makin kurus dan kamu gak seperti biasanya" Ujarku. Tiba-tiba Dirga memelukku dan menangis dia belum bisa berkata apa-apa.
"Aku berusaha untuk lupain kamu dalam waktu sebulan ini, aku berusaha untuk ngga ngehubungin kamu, ngga ngabarin kamu. tapi aku ngga bisa.. aku ngga bisa terus-terusan paksain hati aku untuk jauh sama kamu. Mamah ku tengah mengidap penyakit Infeksi paru-paru yang di deritanya. Kata dokter, usia mamah aku nggak akan lama lagi rai. Dan mamah memintaku untuk menikahi teman anaknya dan meminta kepadaku untuk mengakhiri hubungan aku sama kamu. Aku berada di tengah-tengah pilihan yang sulit! Aku ngga mau ngelepas kamu, tapi aku ngga mau kehilangan mamahku dengan usianya yang ngga akan lama lagi. tapi Aku cinta sama kamu .. " Dirga mengutarakan semuanya. Pilihan tersulit yang kini kami berdua hadapi. Satu kata yang kami takuti yaitu, KEHILANGAN. dan benar saja Jodoh memang tak berpihak pada kami !! Rintangan yang begitu sulit untuk kami lewati memutuskan kami untuk berpisah hari itu juga, dan mimpi indah kami untuk bertunangan gagal dan hanya akan menjadi kenangan yang paling kelam.

"Ini mungkin jalan yang harus kita pilih, berpisah adalah jalan yang terbaik! Kehilangan adalah kenangan yang akan kusimpan. Aku siap terluka untuk kita Dirga!" Tukasku dengan menahan airmata.

"Aku mengerti, ini mungkin jalan yang terbaik. Walaupun bukan yang terbaik dalam hati kita. Tapi kita bisa apa?bertahan pun percuma. Mereka ngga bisa pahami kita!! Tolong, jangan lupakan aku .. sebelum kamu benar-benar menemukan seseorang yang bisa mencintai kamu dengan tulus, terutama seiman dengan mu" ucapnya. Hanya kata-kata itulah yang membuatku terus teringat dengannya.
  Namun apadaya, ini memang sudah jalan takdirku yang tidak bisa bersatu dengan Dirga, dan sampai saat ini aku belajar dari kisah itu. Kisah yang dimana perbedaan dan ketulusan beradu peran atas nama cinta.

"Aku takkan bisa melupakanmu Dirga, sebelum ada seseorang yang bisa memeluk hatiku dan menempatkan dirinya sebagai arjuna yang menggantikanmu yang dikirim Tuhan untuk bisa mencintaiku"

  "Bila tak ada jodoh,bukan berarti dia tidak baik untuk kamu atau sebaliknya. Tapi sebab memang sudah tertulis semuanya dalam suratan takdir kita. Jadi, berdoalah ; jika dia memang jodohmu, dekatkanlah .. tapi jika bukan tolong jauhkanlah dan damaikanlah hatimu atas ketentuan-Nya"
-ADELLA FEBRYANZ-

SELESAI

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Broken Home (Curahan hati Anakmu)

Entah sampai kapan,aku akan bergelayut dalam cerita yang menyedihkan. Sebagai anak, aku hanya bisa mengabdi dan berbakti pada kedua orang tuaku. Aku menyayanginya lebih dari apapun. aku mencintai mereka lebih dari yang mereka tahu! Dan tentunya, aku tak ingin kehilangan mereka.   Aku kehikangan kasih sayang, kehilangan perhatian dan tentunya kehilangan sosok figur ayah yang dari sejak dini beliau meninggalkanku. "PERCERAIAN' satu kata yang enggan sekali untuk aku ceritakan. aku benci dengan kata itu! Kata yang membuatku merasa menderita sebagai anak. Yaa, aku sebagai anak hanya menjadi korban dari pelampiasan pertengkaran hebat yang selalu mereka pertontonkan di depan anak-anaknya. Sebagai anak, aku bisa apa? Melerai? Tapi di ceramahi. Pergi? Tapi tak bisa. Lapor satpol pp?kan gak mungkin.   Hanya pertengkaran demi pertengkaran yang mereka lakukan. Hanya karena hal sepele dan ego yang tinggi untuk saling berargumen membuat pertengkaran itu semakin mengerikan. Aku hanya bi

Pantaskah Kau Kupanggil Ayah?

      Mempunyai keluarga yang lengkap itu sungguh sangat beruntung. Tapi,tak setiap orang bisa memiliki keberuntungan itu. Seperti aku, hanya bisa meratapi apa arti sebuah keluarga, apa makna dari sebuah kasih sayang dan bagaimana semuanya itu disatukan dengan kebersamaan.   Tepat pada usiaku 4 tahun, keceriaan dan kebahagiaan mulai memudar dan bahkan hilang. Karena kebiasaan buruk Ayahku yang sering berjudi dan meminum-minuman barang haram seperti alkohol, membuat keputusan Ibu semakin bulat untuk "bercerai" dengan Ayah. Kala itu , aku tidak tahu apa-apa tentang semuanya, tentang bagaimana kami harus tinggal beda atap dan tidak bersama lagi. Bahkan sampai bertahun-tahun kami tidak pernah bertemu. Dan sampai akhirnya, Ibu kembali menikah dengan laki-laki lain yang berbeda keyakinan dengan kami. Semula perkawinan ini baik-baik saja, bahkan Ayah tiriku ini sangat memperlakukan ku dengan baik seperti anaknya sendiri. Tapi aku belum bisa memanggilnya "Ayah". Entahlah

" Hujan diatas Rindu "

Kepada setiap Hujan yang menjelma sebagai kenangan. Kepada setiap Angin yang menyeruak bagaikan Ingatan. Kepada Tetesan Air yang menguap mengukir nama kita. Dan kepada setiap Nafas yang mengalir menyebut nama dalam Doa.  Untuk kesekian kalinya, aku mengulang kembali tulisan ini yang sempat hilang dalam folder dokumenku. Bahkan ide-ide ku yang lama sempat terhapus dalam imajinasi liar yang mungkin terhempas angin. Dan dengan kesungguhan hati, Tuhan masih mau memberikan Anugerah padaku untuk menulis ulang kembali cerita dan kalimat-kalimat absurd ini. Dengan rasa Rindu, Hati yang gemetar, dan jantung yang berdegup kencang, aku menulis Sajak ini dibawah Hujan dalam rasa kerinduan. Dan ku persembahkan Tulisan ini, kepada kalian yang sedang merindu akan sosoknya yang entah kemana. Meskipun jiwa kalian tetap berada, namun kesunyian masih saja menghantui di setiap harapan dalam senyum saat berpapasan. Sajak pertama, aku tulis saat Langit sudah tak sebiru kemarin, saat Angin ta