Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

"Gerbang Dialog"

Di suatu Malam, Seorang Pangeran tengah berdiam diri dengan setetes air mata yang tampak akan terjatuh. Ia memegang suatu buku, buku itu terlihat seperti kitab, bloknot atau semacamnya. Setiap halamannya agak sedikit usang dan terlihat kusut. Ia memandangi buku itu, membacanya dan lalu airmata itu terjatuh... Ini adalah sebuah kisah tentang ku dan Pangeran berkuda putih dengan Mahkota yang amat sangat terlihat elegan. Dan ini adalah percakapan ku dengan dia. Sebelum Pangeran itu memakai mahkota, duduk di kursi kerajaan dan ditemani bersama dayang-dayang cantik. Dan saat itu aku bersamanya, saat ia masih menjadi seorang Pria sederhana yang mempunyai sejuta mimpi tanpa Mahkota. Saat itu kami tengah makan malam disebuah kedai milik temanku. Tempat ke dua yang selalu aku kunjungi bersamanya. Dia amat terlihat tampan, dengan kemeja biru tua dan tersenyum kepadaku. Dan aku sudah berada didalam dialog pertamaku. Adipati : Kau terlihat cantik malam ini. Bagaimana keadaan Ibum

" Teruntuk Adrian "

Semenjak melihatnya, aku langsung tahu bahwa dia adalah laki-laki sopan yang sangat menghargai perempuan. Aku bertemu dengannya saat kami masih duduk di bangku sekolah menengah. Aku mulai mencintainya, berawal dari rasa kagum yang tak bisa ku kendalikan dan mengubahnya menjadi perasaan lebih. Ada kekuatan hebat di balik sorot matanya yang membuatku tak berdaya jika bertemu dengannya. Dia, laki-laki yang membuatku ingin terus mengetahui tentang dirinya.  Dia adalah laki-laki pendiam, namun cerdas dan penuh prinsip. karakternya yang dingin membuatku ingin terus berlari mengejarnya untuk membisikkan. "Aku mencintaimu". Dia yang bernama Adrian bukanlah laki-laki cemerlang diantara banyak teman laki-lakiku. Tapi dimata ini.. dia yang paling bersinar. Belum pernah aku merasakan perasaan istimewa terhadap lawan jenis, namun padanya aku berani mengungkapkan betapa aku mengaguminya. Sampai detik inipun aku tak habis pikir, mengapa aku begitu menggilainya? Sikapnya yang

"Surat Untuk Glo"

Untuk Gloria, dimanapun kau berada ... Hai Glo, apa kabar? Kau masih ingat aku kan? Aku rasa, kau juga pasti lupa. Atau mungkin kau benar-benar tak ingat sama sekali tentangku, karena mungkin terlalu banyak kekecewaan yang kau rasakan dulu. Maaf, jika aku baru berani sekarang. Aku memang laki-laki bodoh yang pantas kau benci dan tak akan kau ingat sampai kapanpun. Aku menulis surat ini di teras depan kelasmu yang sering kau duduki bersama teman-teman saat tak ada guru. Aku ingat betul, bagaimana cara tertawamu saat tak sengaja aku memperhatikanmu dari jauh. Tapi kau tak akan pernah tahu akan hal itu. Glo, aku sedang berada di tempat Tuhan pertama kali mempertemukan kita, tempat yang dimana kau selalu menceritakan aku di dalam tulisanmu. Ya, sekolah! Tempat pertemuan kita tujuh tahun yang lalu. Setiap tahun setelah kelulusan, aku selalu mengunjungi sekolah Glo. Setiap tahunnya , sekolah yang pernah kita pijak dulu semakin membawa perubahan dan juga semakin bagus bila dilihat da

"Pria Gantar"

Hai, selamat malam. Aku ingin sedikit bercerita tentang seseorang yang kini sukses mengalihkan pandanganku. Sebelumnya,aku tak berencana untuk menuliskan kisah ini, tapi sudah kepalang. Pikiranku sudah menuntut untuk segera diceritakan. Sekitar dua tahun yang lalu, saat aku menduduki bangku SMK di kelas sepuluh. Kami bertemu, disebuah jejaring sosial yang bernama ' twitter '. akupun lupa bagaimana ceritanya, intinya kami selalu membalas mention satu sama lain. Seperti orang yang sudah kenal lama, kami menceritakan apa saja yang membuatku merasa seperti orang bodoh bersamanya. Dia pandai membuatku nyaman dalam kata, obrolan apa saja dia bicarakan, termasuk dengan bahasa sunda yang belum ia kuasai. Tapi dia belajar, katanya jika sewaktu aku berbicara dalam logat sunda, ia akan mengimbanginya. Saat waktu libur, kami bertemu. Dia menungguku di stasiun kota Jakarta. Kebetulan, aku sedang menjalani film Dokumenter tentang sejarah Kota Tua kala itu, jadi aku bertemunya sekal