Adella Febryanz

 Ada yang saya ingin sampaikan dalam cerita ini. sebagai manusia, kita tidak bisa memungkiri bahwa keinginan adalah hal yang tak bisa untuk dihindari. Tidak ada batasnya. saya mengalami hal itu, yang dimana semua logika terkomabinasi oleh rasa ingin memiliki dan juga timbul rasa iri.   Dulu, saat dimana saya merasakan rumah adalah surga bagi saya. Dimana semua orangtua kumpul tanpa adanya pemikiran yang harus dikhawatirkan.  Sebelum akhirnya kami mengalami kebangkrutan dan semuanya habis tak ada yang tersisa. Mulai dari motor, rumah, tanah dan juga laptop saya yang ikut serta dalam penjualan untuk memenuhi kebutuhan kami. Saya amat terpuruk kala itu, begitu juga dengan psikologis orangtua saya yang tak percaya. Kami adalah orang-orang yang menganggap remeh tentang uang, dan tidak merasa cukup atas apa yang kami miliki. Bahkan keirian untuk menjadi orang lain sempat terpikir dalam diri saya. Saya selalu mengeluh tentang kondisi ekonomi saya saat itu pada orangtua. Saya merasa m

       " Sahabat ibarat mata dan tangan, saat mata menangis dan tanganpun mengusap. Dan saat tangan terluka, mata pun akan menangis"    Mungkin itu filosofi yang pantas digambarkan bagi Mario untuk sahabat semata wayangnya Clara. Mereka bersahabat sejak kecil, sejak gedung-gedung tinggi belum terbangun dengan jelas di sekitar komplek rumahnya dan dari sebuah pohon tanpa daun yang sekarang masih tetap kokoh dengan botol-botol bekas yang menyimpan harapan mereka didalamnya . Bertahun-tahun bersama sejak kecil, tidak membuat Mario bosan dengan gadis periang yang di kenalnya 10 tahun yang lalu itu sampai ia beranjak masuk SMA bersamaan. Baginya, Clara adalah seekor ikan hiu , dan ia adalah seekor ikan nemora yang selalu mengikuti kemanapun ikan hiu itu pergi. Dimanapun, kapanpun mereka selalu bersama. Layaknya sebuah prangko dan surat!  "Yo, aku mau nanya sama kamu" tanya Clara yang memangil Mario dengan panggilan kecilnya itu. 'Iyo' . "Nanya

       Penulis abal-abal ini dilahirkan di Karawang, 6 Juni 1998 sama seperti Presiden RI-pertama kita dan juga Penyanyi cantik Raisa. Tapi bedanya, mereka lahir secara normal tapi kalo gue, lahir melalui proses membelah diri.    Temen-temen gue biasa manggil dengan sebutan ; Della, Dey, Deyaa (untuk panggilan anak kecil yang lidahnya masih keserimpet) atau juga bisa di panggil Isyana Sarasvati (itupun setelah susah payah nyogok temen-temen gue pake gorengan). Gue ini cukup terkenal di kalangan siswa di kelas gue, yaialaah.. terutama dikalangan siswi-siswi yang jual pulsa. Maklumlah, gue emang doyan ngutang. Kalo sehari kuota gak keisi , badan gue bakal gatel-gatel. Boong kaleee.. haha   Anyway, biar keliatan kaya penulis beneran, gue mau ngucapin terimakasih buat orang-orang yang telah memberi inspirasi untuk cerita- cerita gue di dalam blog ini. Terutama untuk Tuhan YME, yang telah memberikan gue kemampuan berfikir di luar akal sehat, dan juga kemampuan berfikir sambil kopro

  Sebagai manusia normal, kita pernah menginginkan atau mengharapkan akan datangnya teman sejati. Mau susah, senang ya kita bareng-bareng.   Dan gue adalah salah satu daftar dari pencarian teman yang anti tikung menikung, tusuk menusuk dan coblos mencoblos. ( dikiraa pilkadaa kali yaaa :p ) kenalin, gue Della. Dan nama famous gue di SMP yaitu Della NP, dan sekarang allhamdulilah gue udah menjabat sebagai Penulis abal-abal jadi nama pena gue adalah Adella Febryanz. setelah bertapa dan berpuasa tujuh hari tujuh malam tanpa busana, maka nama itulah yang terpilih.Yaps, nama ini sangat kontroversial. Dulu, sejak jaman gue masih jadi benih, ibu gue udah menyiapkan nama yang pas untuk gue tapi tidak cocok dengan muka gue! that's right , Adella Febryanti nama ini konon di plagiatin sama tetangga sebelah. Jadi, mau gak mau ibu gue ganti nama gue dengan Della Nurlaelanti Putri. Yes, gue bangga dengan itu karena ada sedikit pengertian yakni ' nur ' yang berarti cahaya. Dan selebi