Adella Febryanz

Untukmu, pria dengan sejuta mimpi yang sedang berperang melawan hati. Aku tidak sepandai penulis lain dalam membuat kalimat. tapi rasanya, kejujuranku ini mampu menerjemahkan perasaanku dengan tepat. Aku menghitung  jemariku dengan lambat, sebuah kenyataan yang akan aku hadapi nanti. kita berpisah. itulah yang kupikirkan saat ini, aku berpikir tentang mu yang seperti bayangan hitam didalam hidupku. Kau masih saja menjadi sebuah sosok yang misterius. Apa kau tahu? Dirimu selalu berlari-lari didalam sekitar lorong pikiranku yang penuh sesak dan pengap. Dulu, aku tak begitu mengenalmu, bahkan memperhatikanmu saja aku sungkan. Tapi sekarang? Semuanya berubah seratus delapanpuluh derajat! Aku sangat begitu mengenalmu, bahkan aku tahu dirimu lebih dari yang kau tahu. Aku diam-diam sering memperhatikanmu dari kejauhan, dan apapun yang berhubungan tentang kamu, seakan aku lupa apa itu arti bosan. Berawal dari mimpi aneh, aku menemukan keganjalan dalam perasaanku. Aku menebak-nebaknya se

Di penghujung tahun ini, hujan malah membasahi setiap relung-relung jiwa yang sedang haus akan harapan. Ya, begitu juga denganku. Aku berharap tahun depan banyak bertemu dengan kebahagiaan dan juga kejutan yang Tuhan kirim untuk melengkapi skenario dihidupku. Aku kini tengah menikmati secangkir kopi yang tak asing lagi bagiku, bahkan kopi ini adalah daftar pertama yang selalu aku pesan saat ingin bersantai di sebuah kafe. Aku jadi ingat, saat aroma secangkir Macchiato latte menelusup dalam indera penciumanku. Aku jadi ingat, akan seorang wanita yang kini enggan keluar dari hatiku. Aku ingat sekarang, dan tempat yang ku tapaki saat ini adalah awal pertemuanku dengannya. Kami bertemu disini, di sebuah kafe dengan interior yang bernuansa klasik. 'Klik on caffe' , begitulah papan nama yang tergantung di depannya, agar semua pengunjung dapat mengingat nama itu.   Kala itu, aku benar-benar tak percaya dengan kenyataan. Cinta membuatku buta dalam segala hal. Sebagai pria y