Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

Tentang : Rindu Di Cuaca Mendung

Aku terdiam mematung tepat dihadapan lukisan yang tergantung cantik berdominasi warna hitam, kuning dan merah dengan sedikit guratan hijau di sisi kanan bawah. Mataku terus mengamati setiap lekukan warna yang berkelok-kelok, berputar-putar, seperti pusara ombak atau hal yang tak bisa ku tebak apa maksudnya. Lukisan ini terlihat nyata dihadapanku sekarang, sebelum aku melihatnya di gambar website saat bersamamu empat bulan yang lalu. "Aku masih bingung deh sama lukisan Affandi ini" seruku perlahan menatapmu. "Kenapa bingung?" "Aku ngga ngerti maksudnya apa"  Kemudian kau hanya membalas ucapanku dengan tersenyum. Sambil menunjuk tulisan yang berada di bawah gambar setelah di zoom.  "Badai pasti berlalu" "Iyaa" "Tapi kenapa gambarnya abstrak gini? Aku gagal paham" kataku.  Lagi-lagi kau terkekeh, seperti mengucilkan betapa bodohnya aku karena tak mengerti maksud lukisan ini. "Sepertinya l

SALAMKU, UNTUK KEKASIHMU YANG BARU

Harapan memang tidak sesuai dengan kenyataan, memang. Aku duduk dengan ribuan bayang yang kerap datang menusuk tajam. Dua bulan telah berlalu, rasanya baru kemarin aku tertawa bersamamu di tempat ini. Tempat dimana pertemuan dan rasa hadir itu terjadi tanpa rencana dan jadwal yang tak ditentukan. Secangkir kopi, rindu yang tak dapat dibungkus, dan luka yang semakin hari semakin menganga. Ah, ini begitu menyakitkan. Rasanya Tuhan tak perlu lagi cemburu melihat kita yang tak seperti dulu. Memeluk rindu dengan temu, mencium kening tanpa ragu lalu aku terbujur kaku. Lima tahun kita menjalani hubungan, hingga pemilihan Gubernur Ibu kota kembali diadakan, tak cukup kuat harap itu menjelma menjadi kenyataan. Perihal hidup dalam satu atap, membangun rumah tangga yang kini sudah menjadi rumah duka. Semacam tak punya selera untuk mencintai siapa-siapa lagi. Setelah kau ciptakan tawaku hingga kini kau yang menjadi penyebab tangisku. Coba saja, alasanmu pergi adalah sesuatu yang dapat